BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS ?

Tuesday, May 12, 2009

ketika Rasulullah menghadapi maut..

Hayati dgn penuh rasa cinta dihati..Betapa kasih dan cintanya Rasulullah kepada kita.cintakah kita sebegitu dalam kepadanya?semoga kita menginsafi diri.

Subhanallah....


Detik-detik Rasulullah SAW Menghadapi Sakaratul Maut Adalah sebuah

kisah tentang cinta yang sebenar-benar cinta yang dicontohkan Allah

melalui kehidupan Rasul-Nya.Pagi itu, walaupun langit telah mulai menguning,burung-burung gurun enggan mengepakkan sayap.Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbatas memberikan khutbah,


"Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta

kasih-Nya.Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya. Kuwariskan dua perkara pada kalian, Al-Qur'an dan sunnahku. Barang siapa mencintai sunnahku,bererti

mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan masuk

syurga bersama-sama aku." Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan

mata Rasulullah yang tenang dan penuh minat menatap sahabatnya satu

persatu.


Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar dadanya naik

turun menahan nafas dan tangisnya.Usman menghela nafas panjang dan

Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam. Isyarat itu telah datang, saatnya

sudah tiba. "Rasulullah akan meninggalkan kita semua,"keluh hati

semua sahabat kala itu. Manusia tercinta itu, hampir selesai menunaikan

tugasnya di dunia.


Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan cergas

menangkap Rasulullah yang berkeadaan lemah dan goyah ketika turun dari

mimbar.Disaat itu, kalau mampu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan

menahan detik-detik berlalu.


Matahari kian tinggi, tapi pintu rumah Rasulullah masih tertutup.

Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang

berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya.


Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam. "Bolehkah saya masuk?" tanyanya.

Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang

demam," kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu.

Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan

bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?"


"Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku

melihatnya,"tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan

pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian

wajah anaknya itu hendak dikenang.


"Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malakul maut," kata Rasulullah.

Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri,tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut

sama menyertainya. Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah

bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia

ini.


"Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?" Tanya

Rasululllah dengan suara yang amat lemah. "Pintu-pintu langit telah terbuka,

para malaikat telah menanti ruhmu. Semua syurga terbuka lebar menanti

kedatanganmu," kata Jibril. Tapi itu ternyata tidak membuatkan

Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan. "Engkau tidak senang

mendengar khabar ini?" Tanya Jibril lagi.


"Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?"

"Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah

berfirman kepadaku: 'Kuharamkan syurga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad

telah berada di dalamnya," kata Jibril.

Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas.

Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah

bersimbah peluh,urat-urat lehernya menegang.


"Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini." Perlahan Rasulullah

mengaduh.Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan

Jibril memalingkan muka. "Jijikkah kau melihatku, hingga kau

palingkan wajahmu Jibril?" Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu

itu."Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata

Jibril.


Sebentar kemudian terdengar Rasulullah mengaduh, kerana sakit yang

tidak tertahankan lagi. "Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja

semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku. "Badan Rasulullah mulai

dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi. Bibirnya

bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan

telinganya.


"Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku, peliharalah shalat

dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu."

Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling

berpelukan.Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan

telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan. "Ummatii,

ummatii,ummatii" - "Umatku, umatku, umatku" Dan, berakhirlah hidup

manusia paling mulia yang memberi sinaran itu. Kini, mampukah kita mencintai sepertinya?Allahumma sholli 'ala Muhammad wa baarik wa salim 'alaihi.

Betapa hebatnya cintanya Rasulullah kepada kita.

0 comments: